My Blog " Dihya Berty "

My Blog " Dihya Berty "

Rabu, 05 Juni 2013

SUBHANALLAH, Beginilah jalan Dakwah mengajari Kami

“Barang siapa yang tidak benar permulaan kehendaknya, niscaya tidak akan selamat pada kesudahan akhirnya”. Kalimat ini  senada dengan hadits Arbain 1. Betapa niat itu penting, tidak hanya dinilai secara lahiriyah namun juga secara batiniyah. Niat inilah yang akan mengantarkan segala amalan kita ke pintu gerbang diterima tidaknya amalan tersebut disisi Allah. Niat juga yang mengantarkan sukses tidaknya suatu amalan yang kita lakukan.  Niat adalah perencanaan kemana amalan itu akan kita arahkan. Gagal merencanakan berarti menyiapkan kegagalan.



DARI SINI KAMI MEMULAI
Mengapa berada dijalan dakwah?
“Barang siapa mengajak kpd petunjuk Allah, maka ia akan mendapat pahala yang sama spt jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun oleh pahala mereka.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya Allah, para malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)
Dakwah menjadi penghalang turunnya adzab Allah. QS. Al-A’raf 164-165

Teman-teman pilihan
Dijalan ini kami tidak hanya mendapatkan teman yang lebih dari teman tapi saudara-saudara yang luar biasa. “Sesungguhnya orang itu tergantung pada agama temannya.” (Ihya Ulumuddin 2/202). Perjalanan ini dipenuhi dengan rama ujian, cobaan, fitnah dan godaaan yang menyeleksi kami dan saudara-saudara kami. Sehingga akhirnya, kami mendapati saudara-saudara kami yang insyaAllah mereka siap untuk saling bantu mewujudkan cita-cita perjalanan dakwah ini.

Amal jama’i
QS. AL-Anfal 73 menerangkan bahwa jika kami tidak saling bantu dan mendukung, sebagaimana yang dilakukan orang-orang kafir, pasti fitnah dan kerusakan akan merajalela. Karena mereka bersatu dan kita bercerai berai. Mereka bersatu sementara kita saling meninggalkan. Tandzim atau organisasi dakwah adalah mutlak dan merupakan kebutuhan mendesak. Karena kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan sangat mudah dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisir dengan baik. Ia butuh pemimpin yang bertanggungjawab, pasukan dan anggota yang taat, peraturan yang mengikat, batas-batas tanggungjawab dan kewajiban, tujuan dan sarana untuk merelealisasikan tujuan tersebut.

Kebutuhan akan pemimpin
“Hendaknya suatu perjalanan dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan teman2nya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mungkin dimintakan persetujuannnya untuk urusan penting. Seorang pemimpin dibutuhkan karena pandangannya yang beragam untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Tidak ada kerusakan kecuali karena banyaknya pengaturan. Alam ini menjdai teratur karena Pengatur alam semesta ini adalah satu.” (Ihya Ulumuddin 2/202)

Apabila syuro telah berlangsung dan keputusan telah diambil, apapun keputusannya itulah yang akan kami laksanakan. Kami yakin keputusan syuro tidak pernah salah. Kalaupun syuro tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan maka syuro kembali yang akan menindaklanjutinya.
Demikianlah, perjalanan ini memerlukan pemimpin. Dan hasil syuro yang telah diputuskan oleh pemimpin, mengikat kami untuk saling dukung dan kami laksanakan.

Jalan ini, miniatur perjalanan sesungguhnya
Jiwa toleran adalah salah satu perjalanan berharga yang kami petik dari jalan dakwah. Karena setiap insan dilahirkan berbeda karakter dan sifatnya. Toleran inilah yang membuat kami bisa saling memahami satu sama lainnya. Sehingga perbedaan pendapat, perselisihan, ketidaknyamaan dan ketidaksukaan akan hilang dengan sendirinya. Rasulullah bersabda: “Jika ada seseorang mencacimu dan menghinamu dengan sesuatu yang ia ketahui ada pada dirimu, maka janganlah kamu melakukan hal yang sama lantaran ada hal yang sama yang engkau ketahui ada padanya. Karena dengan dmeikian engkau akan mendapatkan pahala. Dan ia mendapatkan dosanya. Dan janganlah engkau mencaci seseorang pun.” (Al Haadits shahihah, Al bani 770)

Hanya ketaqwaan sebagai bekal kami
Kami harus mengambil perbekalan yang mencukupi hingga perjalanan ini usai. Dan sebaik-baik perbekalan adalah taqwa. Perbekalan inilah yang bisa membantu kami untuk tetap mampu bertahan dan melangkahkan kaki melewati rintangan apapun.

KETIKA KAMI MEMBANGUN KEBERSAMAAN

Tak semua batu bata diletakkan pada posisi tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada dibawah. Bahkan terkadang si tukang batu memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.

Jalan dakwah ini mengajarkan kami untuk lebih memberi perhatian dan pertolongan kepada orang lain , bukan sebaliknya. Seperti kata Sayid Qutub: “Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk umatnya, ia akan hidup mulia dan besar,serta tidak akan pernah mati.”

Dan kalimat cinta dari Allah dlm QS. Muhammad 9, selalu memotivasi kami: “Jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan pijakan kaki kalian.”

Kebersamaan kami terikat 5 hal:
ikatan aqidah
ikatan pikiran
ikatan persaudaraan
ikatan organisasi dakwah
ikatan janji pada Allah.

Kami berharap 5 ikatan tersebut tidak akan pernah terhempas oleh tribulasi sehebat apapun.

Kefahaman
Perjalanan selalu tidak pernah mulus, adakalanya hal-hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan muncul. Karena itu pemahaman (Al fahm) yang benar harus terlebih dahulu dilakukan agar segala sesuatunya jelas. Barulah setelah itu kebersamaan bisa dibangun lebih kuat dan solid. Selain itu, kami berada di jalan ini adalah karena terikat pada sebuah manhaj (sistem dan cara) yang dilakukan sebuah jamaah bukan karena individu-individu atau tokoh2nya agar kami tidak kecewa ketika individu atau tokoh tersebut berbuat kesalahan.

Tsiqoh
Kepatuhan dan ketaatan kepada pemimpin selama pemimpin tersebut tidak memerintahkan kepada perbuatan dosa akan menimbulkan ketenangan dan keyakinan bahwa sebuah amanah dahwah dapat berjalan dengan baik. Pemimpin harus tsiqoh bahwa anggota dapat menjalankan amanahnya dengan baik dan anggota pun tsiqoh bahwa posisi dan tanggungjawab yang diberikan pemimpin padanya adalah untuk kemaslahatan. Syuro dilakukan secara bersama-sama antara pemipin dan anggota sehingga keputusannya dapat dijalani dengan sukarela tanpa keterpaksaan. Dengan tsiqoh inilah kami akan mampu mensinergikan seluruh potensi masing2 personil dakwah.

Penempatan posisi dalam dakwah
“Jabatan itu amanah. Dan pada hari kiamat ia akan menyebabkan kehinaan dan penyesalan. Kecuali orang yang dapat menunaikan hak-nya dan menunaikan kewajibannya.” (HR. Muslim). Apapun posisi kami, kami harus menjalankannya dengan baik dan penuh tanggungjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar