Introspeksi Diri atau Bermuhasabah
Dengan memasuki tahun baru Hijriah,
kita akan memasuki 1 Muharram. Yang berarti kita akan meninggalkan tahun lalu,
dan memasuki tahun baru , yakni tahun baru 1431 Hijriah. Penyambutan tahun baru
ini tidak selayaknya seperti yang dilakukan orang-orang non Muslim saat
merayakan tahun baru Masehi, tetapi merayakannya sesuai dengan yang dicontohkan
Rasulullah SAW.
Sekarang kita masih hidup, tetapi
siapa tahu besok atau lusa atau minggu depan atau bulan depan atau tahun depan,
kita akan mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru Hijriah, tetapi
siapa tahu tahun depan kita sudah tidak ada?.
Berbahagialah bagi mereka yang
memperoleh nikmat umur yang panjang dan mengisinya dengan amalan-amalan yang
baik dan perbuatan-perbuatan yang bijak. Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik
manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya (HR Ahmad)
Dalam menyambut tahun baru Hijriah,
sangat penting bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang
amalan-amalan yang telah kita perbuat dan dosa atau maksiat yang telah kita
kerjakan. Penilaian ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan
amal atau dosa kita, tapi agar tahun mendatang lebih baik dengan memperbanyak
ibadah dan amal saleh serta mengurangi perbuatan dosa dan amal salah.
Kisah Tentang Sahabat Umar bin
Chatab tentang Umur Manusia
Adalah satu riwayat yang
menceritakan tentang anak Umar bin Chatab, kembali pulang dari sekolahnya
sambil menghitung tambalan-tambalan yang melekat di bajunya yang sudah usang
dan jelek. Dengan rasa kasihan Umar sang Amirul Mukminin (Pemimpin Kaum
Musliminn), sebagai ayahnya mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan negara,
yang isinya minta agar beliau diberi pinjaman uang sebanyak 4 dirham, dengan
jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong.
Kemudian bendaharawan itu mengirim
surat balasan kepada Umar, yang isinya demikian : “Wahai Umar, apakah engkau
telah dapat memastikan bahwa engkau masih hidup sampai bulan depan?. Bagaimana
kalau engkau mati sebelum melunasi hutangmu? Membaca surat bendaharawan itu,
maka seketika itu juga Umar tersungkur menangis, lalu beliau menasehati
anakanya dan berkata : “Wahai anakku, berangkatlah ke sekolah dengan baju usangmu
itu sebagaimana biasanya, karna akau tidak dapat memperhatikan umurku walaupun
untuk satu jam” Sungguh, batasan umur manusia tidak ada yang mengetahuinya,
kecuali hanya Allah SWT semata.
Oleh karena keterbatasan tersebut,
dan karena rahasia Allah SWT semata, maka marilah kita pergunakan kesempatan
hidup ini dengan meningkatkan taqwa kita kepada-Nya dan menambah semangat
beramal ibadah yang lebih banyak lagi.
Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram
Bagaimanakah pandangan Islam
mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan
Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita
tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum Muslimin yang salah kaprah
dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan
berikut.
Dalam agama ini, bulan Muharram,
merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah
firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ
عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوام
“Sesungguhnya bilangan bulan
pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam
bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak
penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar
di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan
matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari
dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas
bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung
berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan
perputaran matahar.
Mengapa Disebut Bulan Haram
Lalu kenapa bulan-bulan tersebut
disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan,
“Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut
diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan
untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya
karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik
untuk melakukan amalan ketaatan
Mesjid Islamic Center Samarinda
Kalimantan Timur
Karena pada saat itu adalah waktu
sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat
suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan,
“Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Allah
mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan
suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan
amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.
Bulan Muharram adalah Syahrullah
(Bulan Allah)
Suri tauladan dan panutan kita,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah
(puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram.
Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.
Bulan Muharram betul-betul istimewa
karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah
Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah
yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.
Mesjid Qubah Emas Depok Jawa Barat
Perkataan yang sangat bagus dari As
Zamakhsyari, kami nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah
mengatakan, “Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan
pada lafazh jalalah ‘Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan
tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ‘Baitullah’ (rumah Allah) atau
‘Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di
sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya
keutamaan pada bulan tersebut.
Bulan Muharram inilah yang
menggunakan nama Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal.
Bulan lainnya masih menggunakan nama Jahiliyah.. Bulan ini adalah
seutama-utamanya bulan untuk berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun
melakukan puasa tathowwu’ (puasa sunnah) pada sebagian bulan, maka itu
masih lebih utama daripada melakukan puasa sunnah pada sebagian hari seperti
pada hari Arofah dan 10 Dzulhijah. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab.
Bulan Muharram memiliki keistimewaan demikian karena bulan ini adalah bulan
pertama dalam setahun dan pembuka tahun.”
Selamat Tahun Baru Hijriah
Semoga hari ini lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini
Sumber : agama.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar