My Blog " Dihya Berty "

My Blog " Dihya Berty "

Kamis, 01 Juli 2010

Pacaran????????????? Budaya Islamkah... Baca Yuuuk

Pacaran !! Budaya Islamkah ???
Cinta adalah firath setiap manusia sebagaimana firman Allah “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini.”
“Kehidupan laki-laki dan prempuan tanpa pacaran adalah hambar” Begitulah kata mereka. Banyak dakih yang dikeluarkan untuk menghalalkan kegiatan ini. Membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim akan hukum halal haram. Tercermin dari anggapan mereka bahwa merasakan ideal dalam memilih partner jika tidak ada sifat-sifat sebagai berikut :
1. Merasa beruntung jika selalu dapat berduaan.
2. Merasa cocok satu sama lain.
3. Senantiasa ssekuat tenaga menuruti kemauan sang kekasih.


Tanpa disadari semua akan melambungkan perasaan cinta makin tinggi dan terus menjurus pada 0hubungan intim yang merusak cinta. Semua akan berakhir dengan kebencian. Ibnu Qoyyim berpandangan hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta. Saat-saat keduanya merasakan kenikmatan cinta perlahan akan timbul keinginan lain yang belum diperoleh sebelumnya.
Bohong !!!
Itulah pandangan mereka guna membela hawa nafsunya bahkan berani berikrar bahwa cinta mereka ‘suci” dan bukan cinta birahi. Padahal istilah kesucian mata, telinga, hidung, tangan dan sekujur tubuh bahkan bahkan kesucian hati wajib dijaga. Bukan hanya itu, pacaran merupakan refleksi terjadinya macam-macam zina.
Rasulullah bersabda “Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah melihat, zinanaya telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adlah ingin dan berangan-angan dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau di dustakannya.
Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan. Berawal dari perkenalan diman mata sebagai juri, senyum mengiringi, tertegun hingga hati bergelora kemudian timbul satu ungkapan “I love you” si juliet menawarkan cinta dengan malu dan Romeo membelinya dengan kata “l love you”, mulailah ada kesepakatan, pintu selalu terbuka. Berjanji sehidup semati. Hari dilewati dengan syahdu lalu sampailah pada taraf pembuktian cinta. Disinilah cumbu rayu, ciuman, senggama sulit untuk dihindari. Na’udzubillah
Tanpa sadar tali Iblis dan nafsu syahwat terus mengikat. Semua telah diberikan sehingga habis tak tersisa Romeo pun pergi entah kemana.
Apakah kamu dapat berlaku jujur tentang adegan yang pernah kamu lakukan saat pacaran dengan si A, B, dan C kepada calon suami/istri?
 Kalau tidak kenapa kamu berani menyatakan pacaran merupakan suatu bentuk pengenalan kpribadian yang dilandasi sikap saling percaya, sedangkan dengan calon suami/istri kamu berdusta?
 Bukankah sikap keterbukaan merupakan salah satu kunci keluarga sakinah?
 Mengapa kamu pusing memutuskan pendaming hidup?
 Apakah kamu takut calon suami/istri kamu telah sekian kali pindah tangan?
 Jika kamu diminta memilih laki-laki soleh/prempuan solehah atau oarng yang gonta ganti pasangan, mana yang kamu pilih?
 Mengapa kamu melakukan itu semua jika kamu menginginkan yang bersih?
 Bagaimana jika anda menetahui suami/istri mempunyai nostalgia hubungan sampai merenggut kesucian??
 Tetapi kamu melakukan semua itu?
 Kalu pun suami/istri kamu bercerita tentang masa lalunya bahwa dulu dia pernah pacaran hanya ngobrol-ngobrol saja tanpa bersentuhan, apakah kamu percaya?
 Kalau tidak kenapa bersentuhan dan ciuman saat pacaran kamu bilang bumbu penyedap?
 Jika kelak kamu punya anak, apakah kamu rela anak kamu ternoda?
 Kalau tidak kenapa kamu tega menyeret orang tuamu kedalam neraka?
 Kamu tuntut mereka karena tidak melarangmu melakukan pacaran diluar nikah?

Sekarang silahkan simpulkan jawaban apa yang tepat untuk kata “pacaran diluar pernikahan?”
Wahai soba Asy-Sifaa’ mari kembali kefitrah semula. Fitrah yang telah menjadi sunahtullah, tidak satu pun yang lari dari padanya melainkan akan binasa dan hancur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar