Kebebasan pers dan keterbukaan informasi’ sebuah tema yang kutip
dan di gamblangkan dalam acara Stadium General (22/11), di kampus STAIN Jurai Siwo
Metro. sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan lagi Kebebasan pers dan
keterbukaan informasi’. Para jurnalis sebagai pengabdi mandat kepentingan
publik pada era keterbukaan informasi. Dan pers yang merdeka dan bebas saat
ini, ibarat harus terus dapat hidup di taman yang dipenuhi kata-kata. Menjaganya
menjadi tetap bermakna. Mengingat kata-kata dari pena seorang jurnalis lebih
tajam dari pedang bayonet yang menghunus.
Pers yang bebas dan terbuka itu bukan berarti dapat dengan
sesukanya menggunakan kata-kata yang hiperbola, bombastis, sarkastis dan
emosional. Serta bukan mendramatisasi dan melebih-lebihkan fakta dan peristiwa
tanpa dibarengi dengan fakta yang utuh sebagai dasar mengungkapkan kebenaran
secara beretika. Diperlukan tetap mengedepankan kesantunan, memiliki tanggung
jawab sosial dan memperhitungkan dampaknya.
Hal tersebut diatas disampaikan oleh Budisantoso Budiman, salah
satu pembicara dalam Stadium General acara Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa
Tingkat Lanjut (PJMTL) se-Indonesia Season 3 Jum’at 23/11. Acara yang dimulai
di gedung Serba Guna STAIN dihadiri oleh 150 peserta Stadium General yang terdiri
dari pelajar dan umum, 15 peserta PJMTL dari LPM Se-Indonesia, selebihnya
dihadiri oleh undangan dari berbagai pihak. Unit Kegiatan Pers Mahasiswa
KRONIKA sebagai penyelenggara kegiatan menggagas kembali kegiatan PJMTL, yang
sebelumnya di adakan tahun 2007 dan 2009 lalu.
Tema yang Stadium General kali ini dibahas oleh empat pembicara diantaranya dari Juniardi Ketua KIP
Lampung, Budisantoso Budiman dari LKBN Antara, Widodo dari redaksi Lampung
Post, serta Muhtar Hadi selaku Puket I STAIN. Keempat pembicara tersebut dipandu
oleh Imam Mustafa sebagai moderator yang merupakan kolomnis dan dosen STAIN.
“ Keterbukaan informasi dan pers yang merdeka, bila disalahgunakan
akan bisa menghancurkan semuanya, mengacam kerja para jurnalisnya, termasuk
mengancam masa depan kemerdekaan pers itu sendiri. Kerja sebagai pers bagi
jurnalis professional adalah sebuah bisnis idealisme, berbisnis komersial atas
dasar kepecayaan (Credibility Business),” Ungkap Budiman, Redaktur
eksekutif-Manager Portal: antaralampung.com.
Sebagai penguat jawaban masalah keterbukaan Informasi, Juniardi menambahkan
tentang peran dan funggsi pers, yaitu menyampaikan atau memberikan dan
menyebarluaskan informasi yang benar sebagi hak publik (hak masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar/ to inform, right to know the right thinks),
menghibur publik (to entertain), menjadi sarana pendidikan (to
educate) menyampaikan kritik dan kontrol sosial. Hal ini sebagai dasar
pentingnya Pers umum atau Pers Mahasiswa hadir di hadapan masyarakat.
“ Karenanya marilah kita semua menjaga, memelihara dan terus
mengembangkan kebebasan dan kemerdekaan pers serta keterbukaan ini seterusnya,
sepanjang massa dengan menyingkirkan para penumpang gelap didalamnya yang berupaya terus menangguk
untung dari kerugian bagi pers dan jurnalis professional maupun publik sendiri”,
harap Budiman. Pilihannya, tetap hidup dengan pers yang merdeka dan bebas tapi
harus profesional atau lebih baik mati dengan pers yang selalu dibayangi ketakutan
akibat para jurnalis yang menghamba pada kekuasaan dan uang berlimpah. [berti]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar