Malam itu, suasananya tampak indah, angin semilir-semilir. Sedangkan kapal serta para nelayan mulai lepas landas menuju laut. Tampak para nelayan yang memang sudah siap untuk mencari ikan dan di perkirakan untuk berlayar. Karena suasana malam itu sangat pas untuk pergi melaut.
“ Wah, malam ini sangat cerah. Bintangnya banyak. pantas terang!!” kagum salah seorang pelayan yang sedang melajukan perahunya.
“ Mudah-mudahan hasil tangkapan ikan kali ini menjadi berkah, bismillah.”
Iapun menyiapkan jaring-jaring yang akan di gunakan untuk menangkap ikan. Siap untuk menyebarkan jaringnya ke laut. Si nelayan yang hanya berdua sangat bersuka cita. Bulan bersinar terang, bintang bertaburan menemani mereka mencari rezeki Allah.
Di sisi lain, kapal FERI yang sedang berlayar menyebrang laut memuat penumpang. Penumpang-penumpang tersebut ada yang berada di dalam kapal dan luar sekitar kapal. Beberapa diantaranya seorang keluarga anak dan ayahnya. Mereka berdua memilih untuk berada di luar untuk menikmati indahnya malam di atas kapal. Pemandangan tampak gelap hanya terlihat lampu-lampu bangunan. Namun di langit tak segelap yang dilihat si anak. Di ambilnya teropong yang sengaja ia bawa dari rumah. Memakaikannya di depan mata ke arah langit.
“ Ayah, bintangnya indah sekali,, banyak lagi. Aku baru melihat suasana malam seindah ini “ ucap si anak sambil mengarah-arahkan teropongnya.
“ Iya nak. Langitnya tampak cerah.” Menanggapi tanggapan si anak.
“ Subhanallah! Ayah, lihat sini! Ada bintang yang sangat indah. Bintang itu bersinar lebih terang daripada bintang-bintang yang lain,” seru si anak mengajak sang ayah untuk berdiri di dekatnya.
“ Indah, ya, Yah!” ucapnya lagi.
Ayah tersenyum melihat tingkah anaknya yang terlihat kegirangan. Memang, ini adalah baru pertama kalinya sang anak di ajak. Sudah 8 tahun ini tidak berkunjung ke Jakarta, menengok paman. Sedangkan ibu tidak ikut menemani. Karena harus menjaga adiknya yang masih berusia 1 tahun.
“ Ando, anak ayah yang sholeh, ini namanya adalah kebesaran Allah. Dia Yang Maha Segalanya. Kalau ayah tanya ‘siapa yang menciptkan bumi? Lautan? Langit yang ada awannya, bintang, bulan, matahari, meteor? Hayo siapa?” tanya si ayah.
“ Allah, ayah “ jawab si anak.
“ Ada hujan, angin. Itu juga kan Yah. Kalau kapal ini sendiri siapa?” tanyanya lagi.
“ Manusia yang membuatnya, tak terlepas dari Allah yang telah memberikan kecerdasan kepada orang tersebut sehingga bisa membuat kapal seperti ini. Ingatkan kisahnya Nabi Nuh?
“ Iya ayah, aku tahu. Kata Bu Guru TK, Nabi Nuh itu yang mempunyai mukjizat bisa membuat perahu raksasa. Wah, pasti kapalnya besar!” si anak berpikir, sambil memandang sekitar kapal.
“ Kalau begitu kalau aku sudah besar, aku ingin buat kapal juga ah !”
“ Ssst... Ando harus belajar yang pinter ya. Jangan malas. Berdo’a kepada Allah, sang Maha Pemberi Kecerdasan. Juga tidak lupa bersyukur kepada-Nya. Gimana cara kita bersyukur.?
“ Aku akan belajar yang rajin Yah.! Dan selalu berdo’a agar di bukakan pikiranku dalam belajar. Ya berucap syukurnya dengan mengucap ‘Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Betul tidak ayah? “ menjawab sesuai apa yang ia tau.
“ Wah anak Ayah cerdas “ mengusap-usap rambut.
“ Malam ini kita sudah belajar nih.. belajar untuk mensyukuri nikmat Allah. Tentang kapal FERI yang kita naiki sekarang. Suasanya kapal yang sangat menyejukkan. Dinginnya angin semilir menghembuskan aroma segar. Serta langit yang nampak cerah, di kelilingi dengan teman-temannya, ada bulan dan bintang yang menampakkan sinarnya. “ ucap sang ayah lagi.
“ Ya Allah, terimakasih Engkau telah memberikan kebesaran ini. Untukku, ayahku, serta makhluk yang ada di bumi ini. Amiin “. Ucap sang anak mengedahkan tangannya kemudian mengusapkannya ke muka. Mereka berdua masuk ke dalam ruangan kapal.
Kapal berlayar, tidak terasa 2 jam sudah perjalanan. Sudah terlihat dari depan mata pelabuhan. Para penumpang kapal FERI akan menepi. Bagasi mobil mulai dibuka dan penumpang melanjutkan perjalananya. Sedangkan nelayan masih tetap mencari ikan. Ia akan mencari sampai pagi hari.[]
Penulis : Berti Wedya Sari (Anggota UKPM KRONIKA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar