My Blog " Dihya Berty "

My Blog " Dihya Berty "

Minggu, 26 Februari 2012

Semarak Milad FLP... satu jam menulis


karya ku masih blepotan nih,, tapi Alhamdulillah, masih bisa menuliskan untuk merefeskan otan n pikiran.. semoga FLP tambah eksi untuk menggenggam dunia dengan pena


simak cerita anak ini...



Dinda yang Pelupa

Dinda murid kelas tiga di SD Muhammadiyah Pringsewu. Berambut pendek ikal, kulitnya sawo matang. Ia anak baik, pintar, tetapi pelupa. Suatu hari, teman-temannya meminta buku yang pernah dipinjami Dinda. Terutama buku bacaan seri anak bergambar milik Olivia. Tetapi Dinda tidak ingat lagi.
            “Buku yang mana, ya?” jelas Dinda.
            “Buku yang ada di kamu. Yang kamu bawa,” Tanya Oliv.
            Dinda masih belum ingat, “ Yang mana, sih?” sambil mengingat-ingat.
Akan tetapi, akhirnya Dinda Ingat. Dinda merasa malu. Lalu ia mengembalikan buku itu kepada Oliv. Ia meminta maaf karena lupa mengembalikan. Padahal, ia sering membawa buku itu karena senang sekali membacanya.
Pernah sepulang sekolah, di perjalanan, Dinda membeli pulpen di warung pojok. Beberapa menit kemudian, ia tidak tahu dimana pulpen itu diletakkannya. Ternyata, pulpen itu dipegang ditangan kanannya sendiri. Ia sangat malu karena sempat bertanya kepada temannya. Juga kepada penjual pulpen.
“Pulpennya dimana bude, tadikan uangnya sudah aku kasih. Kok belum diambilkan pulpennya, “ tanya Dinda kepada bude penjual pulpen.
“Lho, tadikan sudah saya kasih, memangnya ditaruh dimana?”
Dinda mencari di depan warung, membuka tas dan mengeluarkan isi yang ada didalamnya. “ dimana to pulpennya?”
La itu yang dipegang di tanganmu apa Din?” temannya menjawab dari belakang dan tertawa. Dinda malu karena banyak temannya yang melihat. Banyak pula orang yang tak dikenalnya ikut tertawa juga.
Ia juga pernah lupa mata pelajaran pada saat akan ulangan, sehingga ia bertanya kepada temannya. Akan tetapi, temannya malah tertawa. Untungnya Oliv, teman sekelasnya bilang kalau ulangannya adalah mata Pelajaran Matematika, dan Oliv menjawabnya dengan tidak tertawa.
Akhirnya, Dinda berusaha untuk menjadi anak yang tidak pelupa. Namun ia tidak tahu caranya. Ia pulang dan bertanya kepada Ibu di rumah.
“Ibu, bagaimana caranya supaya Dinda tidak lupa?”
Ibu menjawab dengan tersenyum, “ Kamu harus buat catatan, Dinda!”
Esoknya, dinda membuat catatan pada selembar kertas. Ia mencatat semua benda yang dipinjam, jadwal ulangan dan juga tugas-tugas sekolah. Akan tetapi, Dinda kemudian lupa di mana ia meletakkan kertas yang ditulis. Akibatnya, ia menjadi lupa semua hal yang telah ditulis. Dan tugas yang telah dipersiapkan untuk dikerjakan tidak jadi dikerjakan karena lupa. Dinda tetap mencari tanpa menangis, walaupun bingung dan sedih. Iapun bertanya kepada Ibu lagi.
“Bu, tahu tidak, dimana Dinda menyimpan kertas?”
“Kertas apa, Dinda?” tanya Ibu.
“Kertas yang Ibu bilang supaya Dinda tidak lupa,’’ kata Dinda.
Sambil berpikir Ibu menjawab, “Ayo kita cari sama-sama!”
Sampai malam, kertas catatan itu tidak juga ditemukan. Ayah yang kasihan melihat Ibu dan Dinda mencari-cari kertas ikut membantu. Meraka mencari di ruang tamu, ruang makan, dapur, sekitar TV, namun belum juga ditemukan.
Dinda dan Ibu terlihat capek. Mereka beristirahat sebentar, mandi dan mulai mencari lagi. Dinda kasihan melihat Ibu yang sedang hamil besar mencari kertas itu sampai malam. Padahal, Ibu sudah sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dari pagi. Dinda betul-betul kasihan dan merasa bersalah. Iapun meminta maaf kepada Ibu. Ibu hanya tersenyum.
“Ibu bangga punya anak seperti Dinda karena Dinda baik dan penurut,” kata Ibu sambil memeluk Dinda.
Saat itulah, Ayah menemukan kertas catatan Dinda dibawah tempat tidur. Kertas tersebut ternyata berserakan bersama buku Dinda yang lain.
“Dinda, kertasnya sudah ditemukan!” tutur ayah mengangkat tangan kanannya sambil memegang kertas.
“ Benarkan, Yah?” berlari ke arah Ayah dan memeluk badan Ayah.
“Iya, lain kali jangan meletakkan barang sembarangan. Catatan-catatan penting jangan ditulis dikertas, tetapi di buku khusus, “ nasihat Ayah.
Sejak saat itu, Dinda tidak meletakkan barang sembarangan lagi. Merapihkan kamar dan meletakkan barang-barang sesuai tempatnya. Semua hal yang penting tidak dicatat di kertas lagi, melainkan di buku khusus berwarna Pink pemberian Ibu.
Dinda tidak pernah lupa mencatat hal-hal yang penting. Juga tidak pernah berkata lupa lagi. Akan tetapi, suatu hari Dinda punya masalah lain. Ia lupa meletakkan buku latihannya!
Dinda  .... Dinda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar